Friday, April 29, 2022

STUNTING DALAM GERAKAN FIRDAUS DI GMIT NEKAMESE


Stunting merupakan masalah sosial dan kesehatan yang sedang menjadi wacana semua pihak beberapa tahun belakangan ini. secara nasional, Kabupaten Timor Tengah Selatan, menyumbangkan angka yang cukup tinggi bagi masalah ini. Jemaat GMIT Nekamese sebagai salah  satu Gereja di kabupaten ini,  di tahun 2022 menyumbang 25 anak stunting. Menurut informasi dari Tenaga Kesehatan Desa, Sebenarnya angka ini naik turun.  Akhir tahun 2020 angka stunting di desa Neke 86 orang, di Februari 2021 angka menurun menjadi 61 orang, tetapi dipertengah tahun 2021 naik menjadi 72 orang, memasuki tahun 2022 angka menurun ke 52 orang, di dalamnya ada 25 anak berasal dari jemaat Nekamese.
       Jemaat GMIT  Nekamese sejak tahun 2020 menetapkan dalam bidang Diakonia untuk melakukan pendampingan kepada keluarga anak stunting. Khusus untuk tahun 2022 kami menetapkan untuk melakukan pendampingan dan penguatan kapasitas kepada orang tua anak stunting dan keluarga ibu hamil dengan nama program Gerakan Firdaus III. Program ini dieksekusi dalam beberapa kegiatan, yakni: pertama, kunjungan Majelis Jemaat Harian Nekamese  (MJH) ke keluarga sekaligus melakukan percakapan bersama keluarga. Kedua, MJH melakukan Focus Group discussion (FGD) untuk memetakan masalah dan solusi jangka panjang dan pendek. Hasil FGD ini kemudian dituangkan dalam kegiatan ketiga, yakni pelatihan penguatan Pengasuhan Dengan Cinta (PDC) bagi pasangan suami itri anak stunting dan pasangan suami istri yang istrinya sedang mengandung. Dan Kegiatan keempat adalah curahan hati keluarga stunting dan bumil setiap dua bulan. 
Pada tanggal 26, 27 dan 28 April 2022, dalam kerja sama dengan Tim Operating Model WVI-GMIT Jemaat Nekamese melakukan pelatihan penguatan pengasuhan dengan cinta untuk orang tua (suami-istri) anak stunting dan ibu hamil beserta suaminya. Peserta yang hadir sebanyak 60 orang, dari 25 anak stunting dan 4 ibu hamil bersama suami. Yang menjadi fasiltator utama untuk kegiatan ini adalah Pdt. Seprianus Y. Adonis,S.Th, Ketua Majelis Jemaat Nekamese. Kami juga meminta Tenaga kesehatan Desa (TKD)  bidan Metris Snae untuk menyampaikan tren masalah stunting di desa Neke.
Kami mendesaian pelatihan mengunakan modul Pengasuhan dengan Cinta dari Wahana Visi Indonesia, ditambahkan dengan beberapa materi lain yang penting. Kami berupaya menyederhanakan materi  dan menyampaikannya dengan mengunakan bahasa ibu. Kami juga  berupaya menciptakan kelas yang lebih aman dan nyaman bagi peserta. Mereka boleh duduk di lantai ataupun dibangku, mereka boleh mendengarkan materi sambil makan siri-pinang. Ada saat di mana peserta sangat serius mendengar, sampai mata terbelalak tak berkedip, menganguk dan tertunduk dalam doa pribadi,  tapi ada saat dimana mereka tersenyum bahkan tertawa lepas saat ice breaking. Sesungguhnya tidak mudah mengelola kelas orang tua dengan berbagai latar belakang, tapi kelas pelatihan ini sangat berbeda. Mereka menaruh perhatian dengan sungguh-sungguh, sekalipun kadang anak-anak yang dibawah sedikit rewel dan harus dibawa keluar sebentar, namum segra kembali. Mereka sangat disiplin hadir sebelum jam 9 pagi, hanya satu atau dua peserta yang hadir di atas jam 9. 

  
Pelatihan hari pertama kami belajar membangun iklim kelas dengan membuat sumur harapan dan kekuatiran, membangun kesepakan kelas, memilih pengurus kelas dan membuat peta pelatihan. Di sesi kedua kami bernostalgia, dengan mengenang masa kecil, kami membayangkan pengalaman menyenangkan dan menyakitkan bersama orang tua kemudian kami bersepakat untuk memutuskan rantai pengasuhan masa anak-anak  dengan membuang cerita menyakitkan dalam bak sampah. Sesi ketiga kami menatap masa depan anak-anak kami dengan merencanakan masa depan anak dan menempelkan pada bingkai cita-cita; sesi keempat kami mengidentifikasi istilah-istilah anak dalam budaya orang Timor sebagai langkah penghargaan kepada anak;  sesi kelima, kami belajar memahami permasalahan stunting, penyebab, cara mencengah dan mengatasi;  sesi ke enam, kami belajar Gizi seimbang pada ibu hamil, bayi dan balita kami memulai dengan belajar manfaat ASI, mengambarkan piring makan dan belajar makananan empat bintang; Sesi ketujuh kami belajar merujuk anak ke Fasilitas kesehatan,  Manajemen kebersihan diri dan lingkugan serta mencegah Anemia pada remaja putri.

Pelatihan hari kedua sesi pertama kami belajar komunikasi bersama pihak sekolah dan guru; sesi kedua kami belajar ketrampilan belajar anak dan teknik mendampingi anak belajar di rumah;  sesi ketiga kami belajar tentang digital parenting: sesi keempat kami belajar waktu bersama dan aktivitas terstruktur bersama anak; sesi kelima kami belajar  tetap positif kelola stress; dan sesi ke enam kami belajar tentang No stigma. Pelatihan hari ketiga kami belajar resiliensi diri menuju sehat fisik, mental dan spiritual; sesi kedua lima bahasa cinta; sesi yang ketiga, kami praktek membuat makanan 4 bintang mengunakan bahan lokal; mendampingi anak makan sambil belajar; dan kami mengakhiri sesi pelatihan dengan membuat komitmen perubahan dalam pengasuhan terhadap anak sebagai langkah pencegahan dan penangggulangan masalah stuting dalam Jemaat.
 
Dalam sesi pembuatan komitmen beberapa orang tua bercerita sambil berkaca-kaca bagaimana pelatihan ini menyadarkan mereka tentang tanggungjawab terhadap anak-anak mereka agar anak bertumbuh  dan berkembang secara utuh. Bahkan ada yang mengatakan “kami perlu mengaku dosa bersama untuk kelalaian kami dalam mengasuh anak-anak kami sehingga mereka disebut sebagai anak stunting”.  Selanjutnya, kami akan bertemu lagi bulan Juni, September, Oktober dan Desember dalam kelas  “curahan hati” untuk mendengarkan tantangan dan perubahan yang terjadi dalam pola pengasuhan orang tua terhadap anak. Dalam kelas curah pendapat mereka akan datang dengan membawa apa yang ada di rumah mereka untuk kami belajar  mengolah bersama makan sehat dan bergizi untuk anak-anak mereka. Pelatihan kami tutup dengan nyanyian dan doa. Kami bepisah sambil sambil saling mengingatkan melalui yel-yel pelatihan, “pengasuhan beta lakukan dengan cinta, yes, ok.”.
salah contoh satu koimtmen orang tua 

 

gambar piring makan 







 
present kelompok manffat HP untuk ortu dan anak.

Thursday, April 14, 2022

NARASI CINTA TAK BERUJUNG (ROMA 8:38-39)


Yang Aku tahu, jatuh cinta itu menyenangkan. Yang Aku tahu, saling mencintai itu mengasikan. Yang Aku tahu, sejoli  yang sedang mabuk asmara: pahit tetap dirasa manis, busuk tetap beraroma Cendana. Tapi sayang, seribu sayang, Aku tidak menemukan cinta sedasyat itu. sejak awal  perjalanan, cintaKu bertepuk sebelah tangan. Aku di khianati, bukan sekali, tapi beribu-ribu kali. Aku gelisah, galau dan merana menikmati cintamu. Aku cemburu melihatmu bercumbu dengan yang lain. apakah ada yang kurang dari diriKu?

 Pada hal Aku menawarkan cinta tulus, cinta yang tidak dapat diukur dengan rupiah maupun materi lain. Aku tidak meminta untuk membela dadaKu, seperti rayuan gombal buaya berbisa sebagai bukti cintanya. Aku pun tidak menjual miring lawanKu untuk mendapatkan simpati demi sebuah kehormatan bercinta. Aku tidak menebar lip service bak pencundang berdasi yang kini lupa pada janjinya. Akupun tak menindas dan memeras dengan kekuasaan, agar kau bungkam dan menerima cintaku dalam kemunafikan.  Aku buktikan cintaKu tidak dalam kata tapi tindakan. Aku serahkan tubuhKu untuk dipecahkan dan darahKu ditumpahkan sebagai bukti aku mencintaimu. Yerusalem sampai ke Golgota menjadi saksi cintaKu padamu. Cengkraman maut dalam Kubur Yusuf  turut merasa betapa Aku berjuang untuk kembali memelukmu. Aku tak meminta apapun darimu, Aku hanya meminta hargailah pengorbananku, cukup dengan mencintaKu tidak hanya dengan mulutmu, tidak hanya seromimu, tetapi dengan seluruh hatimu, jiwamu, akal budimu dan seluruh hidupmu.

  Aku berjanji padamu, baik maut maupun hidup, malaikat maupun pemerintah, baik sekarang maupun yang akan datang, yang di atas maupun yang dibawah, atau sesuatu makluk lain, tidak akan memisahkan kita.  Sungguh, Aku terlanjur mencintaimu dan Aku akan tetap mencintaimu. CintaKu padamu tak berujung. Tak dapat diukur dengan alat apapun.  Tidak ada yang bisa memisahkan cintaKu darimu. Sekali lagi kau perlu tahu: Aku mencintaimu. Maukah engkau mencintaiKu? Aku menunggu jawaban darimu. Jangan hanya dengan kata, tapi dengan tindakan. Ku mohan, jangan sakiti Aku lagi. Berbalik kepadaku, aku menungguMu dengan tangan dan hati terbuka. 

Noted: Refleksi dibacakan dalam ibadah  refleksi tujuh perkataan Yesus di salib pemuda GMIT klasis Amanuban Tengah Utara,  kamis, 14 April 2022 di Mata Jemaat Sontetus Bone.