Stunting merupakan masalah
sosial dan kesehatan yang sedang menjadi wacana semua pihak beberapa tahun
belakangan ini. secara nasional, Kabupaten Timor Tengah Selatan, menyumbangkan
angka yang cukup tinggi bagi masalah ini. Jemaat GMIT Nekamese sebagai
salah satu Gereja di kabupaten ini, di tahun 2022 menyumbang 25 anak stunting.
Menurut informasi dari Tenaga Kesehatan Desa, Sebenarnya angka ini naik
turun. Akhir tahun 2020 angka stunting
di desa Neke 86 orang, di Februari 2021 angka menurun menjadi 61 orang, tetapi
dipertengah tahun 2021 naik menjadi 72 orang, memasuki tahun 2022 angka menurun
ke 52 orang, di dalamnya ada 25 anak berasal dari jemaat Nekamese.
Jemaat GMIT Nekamese sejak tahun 2020 menetapkan dalam
bidang Diakonia untuk melakukan pendampingan kepada keluarga anak stunting.
Khusus untuk tahun 2022 kami menetapkan untuk melakukan pendampingan dan
penguatan kapasitas kepada orang tua anak stunting dan keluarga ibu hamil dengan
nama program Gerakan Firdaus III. Program ini dieksekusi dalam beberapa
kegiatan, yakni: pertama, kunjungan Majelis Jemaat Harian Nekamese (MJH) ke keluarga sekaligus melakukan percakapan
bersama keluarga. Kedua, MJH melakukan Focus Group discussion (FGD) untuk
memetakan masalah dan solusi jangka panjang dan pendek. Hasil FGD ini kemudian
dituangkan dalam kegiatan ketiga, yakni pelatihan penguatan Pengasuhan Dengan
Cinta (PDC) bagi pasangan suami itri anak stunting dan pasangan suami istri
yang istrinya sedang mengandung. Dan Kegiatan keempat adalah curahan hati
keluarga stunting dan bumil setiap dua bulan.
Pada tanggal 26, 27 dan 28
April 2022, dalam kerja sama dengan Tim Operating Model WVI-GMIT Jemaat
Nekamese melakukan pelatihan penguatan pengasuhan dengan cinta untuk orang tua
(suami-istri) anak stunting dan ibu hamil beserta suaminya. Peserta yang hadir
sebanyak 60 orang, dari 25 anak stunting dan 4 ibu hamil bersama suami. Yang
menjadi fasiltator utama untuk kegiatan ini adalah Pdt. Seprianus Y.
Adonis,S.Th, Ketua Majelis Jemaat Nekamese. Kami juga meminta Tenaga kesehatan
Desa (TKD) bidan Metris Snae untuk
menyampaikan tren masalah stunting di desa Neke.
Kami mendesaian pelatihan
mengunakan modul Pengasuhan dengan Cinta dari Wahana Visi Indonesia,
ditambahkan dengan beberapa materi lain yang penting. Kami berupaya menyederhanakan
materi dan menyampaikannya dengan
mengunakan bahasa ibu. Kami juga berupaya menciptakan kelas yang lebih aman dan
nyaman bagi peserta. Mereka boleh duduk di lantai ataupun dibangku, mereka
boleh mendengarkan materi sambil makan siri-pinang. Ada saat di mana peserta
sangat serius mendengar, sampai mata terbelalak tak berkedip, menganguk dan
tertunduk dalam doa pribadi, tapi ada
saat dimana mereka tersenyum bahkan tertawa lepas saat ice breaking. Sesungguhnya tidak mudah mengelola kelas orang tua
dengan berbagai latar belakang, tapi kelas pelatihan ini sangat berbeda. Mereka
menaruh perhatian dengan sungguh-sungguh, sekalipun kadang anak-anak yang
dibawah sedikit rewel dan harus dibawa keluar sebentar, namum segra kembali.
Mereka sangat disiplin hadir sebelum jam 9 pagi, hanya satu atau dua peserta
yang hadir di atas jam 9.
Pelatihan hari pertama kami
belajar membangun iklim kelas dengan membuat sumur harapan dan kekuatiran,
membangun kesepakan kelas, memilih pengurus kelas dan membuat peta pelatihan.
Di sesi kedua kami bernostalgia, dengan mengenang masa kecil, kami membayangkan
pengalaman menyenangkan dan menyakitkan bersama orang tua kemudian kami
bersepakat untuk memutuskan rantai pengasuhan masa anak-anak dengan membuang cerita menyakitkan dalam bak
sampah. Sesi ketiga kami menatap masa depan anak-anak kami dengan merencanakan
masa depan anak dan menempelkan pada bingkai cita-cita; sesi keempat kami
mengidentifikasi istilah-istilah anak dalam budaya orang Timor sebagai langkah penghargaan
kepada anak; sesi kelima, kami belajar memahami
permasalahan stunting, penyebab, cara mencengah dan mengatasi; sesi ke enam, kami belajar Gizi seimbang pada
ibu hamil, bayi dan balita kami memulai dengan belajar manfaat ASI,
mengambarkan piring makan dan belajar makananan empat bintang; Sesi ketujuh
kami belajar merujuk anak ke Fasilitas kesehatan, Manajemen kebersihan diri dan lingkugan serta
mencegah Anemia pada remaja putri.

Pelatihan hari kedua sesi
pertama kami belajar komunikasi bersama pihak sekolah dan guru; sesi kedua kami
belajar ketrampilan belajar anak dan teknik mendampingi anak belajar di
rumah; sesi ketiga kami belajar tentang digital
parenting: sesi keempat kami belajar waktu bersama dan aktivitas terstruktur
bersama anak; sesi kelima kami belajar tetap positif kelola stress; dan sesi ke enam
kami belajar tentang No stigma. Pelatihan hari ketiga kami belajar resiliensi
diri menuju sehat fisik, mental dan spiritual; sesi kedua lima bahasa cinta; sesi
yang ketiga, kami praktek membuat makanan 4 bintang mengunakan bahan lokal;
mendampingi anak makan sambil belajar; dan kami mengakhiri sesi pelatihan
dengan membuat komitmen perubahan dalam pengasuhan terhadap anak sebagai
langkah pencegahan dan penangggulangan masalah stuting dalam Jemaat.

Dalam sesi pembuatan komitmen
beberapa orang tua bercerita sambil berkaca-kaca bagaimana pelatihan ini
menyadarkan mereka tentang tanggungjawab terhadap anak-anak mereka agar anak
bertumbuh dan berkembang secara utuh. Bahkan
ada yang mengatakan “kami perlu mengaku dosa bersama untuk kelalaian kami dalam
mengasuh anak-anak kami sehingga mereka disebut sebagai anak stunting”. Selanjutnya, kami akan bertemu lagi bulan
Juni, September, Oktober dan Desember dalam kelas “curahan hati” untuk mendengarkan tantangan
dan perubahan yang terjadi dalam pola pengasuhan orang tua terhadap anak. Dalam
kelas curah pendapat mereka akan datang dengan membawa apa yang ada di rumah
mereka untuk kami belajar mengolah
bersama makan sehat dan bergizi untuk anak-anak mereka. Pelatihan kami tutup
dengan nyanyian dan doa. Kami bepisah sambil sambil saling mengingatkan melalui
yel-yel pelatihan, “pengasuhan beta lakukan dengan cinta, yes, ok.”.
 |
salah contoh satu koimtmen orang tua |
|
 |
gambar piring makan |
|
|
 |
present kelompok manffat HP untuk ortu dan anak.
|
No comments:
Post a Comment